Baru-baru ini, grup peneliti dari Universitas Negeri New York berhasil mengembangkan alat untuk memantau kadar gula dalam darah. Hebatnya lagi, alat yang mereka ciptakan tidak perlu melalui prosedur invasive, suatu prosedur di mana ada bagian dari tubuh yang harus dibuka guna agar alat pendeteksi dapat bersinggungan dengan bagian dalam tubuh (biasanya darah).
Cara yang umum adalah pengambilan dengan jarum pada ujung jari atau pemasangan sensor di bagian bawah kulit. Namun, alat yang dikembangkan oleh peneliti ini jauh berbeda. Alat yang dikembangkan berupa plester kertas yang dapat ditempel di atas permukaan kulit. Caranya, plester akan memantau kadar gula darah menggunakan keringat yang keluar dari jaringan kulit.
Keringat akan diubah menjadi energi listrik yang akan menghidupkan biosensor pada plester. Selanjutnya, alat biosensor ini akan memantau kadar gula darah bagi si penggunanya. Dengan demikian, alat kerja ini berfungsi maksimal ketika pengguna sedang dalam keadaan berkeringat. Kondisi umum adalah setelah selepas olahraga atau melakukan aktivitas fitnes.
Pemanfaatan keringat sebenarnya bukan pertama kali dalam penggunaan sensor diabetes. Sebelumnya ada banyak masalah yang muncul, seperti kesulitan mengumpulkan cukup banyak keringat atau penguapan yang terjadi pada keringat.
Teknologi ini sepertinya dapat memecahkan kekurangan di masa lalu tersebut. Memang masih lama untuk melihat produk ini beredar di pasaran. namun, perkembangannya diharapkan dapat memberikan harapan bagi para penderita diabetes, terutama guna memantau kadar gula selama olahraga guna menghindari hypoglycaemia.
Lebih lanjut:
https://www.engadget.com/2017/09/19/self-powered-patch-monitors-glucose-levels-during-exercise/
Leave a Reply