Baru-baru ini, Spanyol menjadikan angin sebagai sumber utama energi di negara mereka. Data ini dirilis oleh Spanish Wind Energy Association (AEE) yang menyatakan bahwa energi angin telah digunakan hingga 20,9% di negara mereka, disusul oleh nuklir 20,8%, batu bara 14,6%, tenaga air 14,4%, kombinasi sumber tenaga gabungan 9,6%, dan tenaga matahari 3,1%.
Yang menarik adalah, mereka sangat serius memanfaatkan sumber energi terbarukan di negara mereka. Angin dan air adalah sumber daya yang tidak habis dikonsumsi karena tersedia secara bebas di alam dan dapat selalu diperbarui.
Lantas, bagaimana pemanfaatan energi terbarukan tersebut di negara kita, Indonesia. Sebuah negara dengan garis pantai terluas di dunia, yang dapat dimanfaatkan gelombang air pantai dan arus lautnya. Sesungguhnya investasi untuk teknologi ini terbilang mahal dan tidak instant, namun sebanding hasilnya dengan pengiritan jangka panjang dengan lepas dari ketergantungan energi fosil.
Data Bappenas tahun 2010 lalu menunjukkan bahwa 90% lebih total konsumsi energi Indonesia diperoleh dari energi fosil. Adapun rincian dari energi fosil tersebut adalah minyak bumi 54,4%, gas 26,5% dan batubara 14,1%. Data ini cukup ironis jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Thailand, yang telah berhasil membuat sumber energi terbarukan hingga 17% di tahun yang sama.