Pembuatan website sekarang umumnya menggunakan database, yang berarti proses penciptaan halaman-halaman website diproses oleh mesin server.
Jarang sekali sebuah website dibuat menggunakan halaman statis murni, karena proses pembaruan menjadi lebih rumit, seperti merubah struktur tautan dan proses upload dokumen html yang berulang.
Teknologi website berbasis database yang umum digunakan adalah menggunakan content management system (CMS).
CMS memudahkan pengguna awal untuk melakukan pembaruan website mereka dengan interface berbasis visual. Cukup dari panel admin, pengguna tinggal mengetik teks dan memasang gambar tanpa perlu melakukan proses upload via akun FTP.
Kembali ke persoalan limitasi sepihak dari pihak hosting nakal, sebuah website berbasis CMS WordPress standar bisa saja kena limitasi perusahaan jika ternyata dianggap melebihi kapasitas penggunaan sumber daya server. Contoh penggunaan resource dalam website berbasis CMS WordPress, Anda menambahkan fungsi related post (tulisan terkait), menampilkan tags tulisan dan tags terbanyak, atau memasang widget popular post. Fungsi-fungsi tersebut memberikan beban kepada server karena adanya request tambahan ke database.
Parameter limitasi tentunya tergantung bagaimana aktivitas berbagai website lain yang ada di dalam server tersebut, dan hal ini hanya diketahui oleh si perusahaan penjual hosting. Semakin banyak website dengan sistem database yang terdapat dalam server tersebut, kemungkinan semakin kecil resource yang bisa dialokasikan ke website lainnya.
Di sinilah faktor kejujuran dari si penjual hosting sangat menentukan. Sebab, limitasi berdasarkan bandwidth dan storage menjadi tidak berarti. Jika Anda dipaksa untuk mengupgrade, maka Anda pada hakikatnya hanya mengupgrade akses bandwidth dan storage, bukan alokasi resource server.
Kegiatan menjual hosting melebihi toleransi kapasitas yang sesungguhnya disebut sebagai oversell. Halaman Wiki berikut dapat menjelaskan kepada Anda mengenai apa itu oversell webhost.