Setelah sebelumnya cukup “belagu” dengan handheld Blackberry OS 10, kini perusahaan tampaknya harus mempertimbangkan pasar smartphone di Indonesia dengan serius.
Kepercayaan diri Blackberry sepertinya runtuh setelah berbagai smartphone dengan OS teranyar milik mereka tidak laku di pasaran. Penjualan BBZ10 yang tidak maksimal menyebabkan kerugian hingga 10 triliun di kuartal kedua tahun 2013.
Sudah sejak lama para pengguna Blackberry Indonesia meminta agar perusahaan membangun fasilitasnya sendiri di Indonesia, namun hal itu tampaknya baru mau kesampaian sekarang.
Setelah perusahaan merugi, tampaknya mereka baru mulai berpikir untuk fokus kepada pasar penghasil uang terbesar mereka saat ini.
Sayangnya, hal tersebut kami nilai sudah terlambat mengingat pasar Indonesia sudah mulai akrab dengan platform Android. Terlebih lagi, penetrasi handheld Android murah asal Cina tergolong bejibun di Indonesia.
Foxconn sendiri merupakan produsen berbagai hardware mobile asal Cina yang sangat erat kaitannya dengan Apple. Beberapa komponen dalam produk-produk Apple, seperti iPhone dan iPad menggunakan hardware yang dibuat oleh Foxconn.
Baru-baru ini Foxconn mendapat partner baru untuk mengerjakan platform smartphone, yaitu Blackberry. Keduanya telah sepakat untuk menjalin kerja sama selama lima tahun ke depan. Adapun proses produksi akan dilakukan di fasilitas milik Foxconn di Mexico dan Indonesia.
Produksi di dalam negeri memungkinkan ongkos produksi yang lebih murah sehingga mungkin saja smartphone Blackberry dijual murah di pasaran Indonesia. Namun yang jadi pertanyaan, sanggupkah Blackberry menggoyang pasar smartphone Indonesia, terlebih lagi banyaknya produk smartphone lokal import dari Cina telah begitu lama bermain di pasar tanah air?
Baca lebih lanjut:
http://crackberry.com/press-release-blackberry-reports-q3-2014-earnings
(gambar dari telegraph.co.uk)