Motorola merupakan produsen handphone yang telah diakuisisi oleh Google pada pertengahan quartal tahun 2012 kemarin. Sang CEO, Eric Schmidt, mengatakan bahwa Motorola akan bertransisi ke arah yang lebih baik bersama Google. Logika awam tentunya masuk akal ketika Google memiliki OS mobile kenamaan Android, namun mereka tidak punya hardware dari software yang mereka bangun. Akuisisi Motorola oleh Google tentunya akan berjalan lancar karena keduanya merupakan kombinasi hardware dan software yang handal.
Namun ternyata ada hal lain di luar pertimbangan. Akuisisi berarti penyatuan dua perusahaan, yang tentunya berujung pada bengkaknya SDM perusahaan. Pembengkakkan ini berarti pengeluaran yang lebih banyak untuk membayar gaji para karyawan. Pada Mei 2012, Google segera bereaksi dengan mengurangi 20% jumlah karyawan Motorola secara keseluruhan. Namun, itu saja ternyata tidak cukup.
Penjualan berbagai ponsel “Motorola baru” tidak selancar yang diperkirakan. Sama halnya dengan hubungan antara provider telekomunikasi di Amerika, Verizon, juga tidak berjalan dengan baik. Konsumen juga melihat bahwa berbagai produk yang ditelurkan oleh Motorola di era Google bukan merupakan produk yang jelek, tapi hegemoni Samsung begitu dominan untuk handset ponsel pintar sehingga pasar masih belum memihak Motorola.
Untuk mengembalikan profit perusahaan, pada awal quarter 2013 ini Google kembali mengurangi 10% dari jumlah keseluruhan karyawan Motorola. Kejadian ini mengingatkan kita pada penutupan layanan Picnic dari Google setelah berjalan kurang lebih selama dua tahun. Picnic sendiri merupakan website yang memberikan layanan editor gambar, dan diakuisisi Google dari Flickr.
Semoga pengurangan karyawan ini tidak berujung pada ditutupnya divisi Motorola oleh Google. Adanya smartphone Android dengan hardware yang disediakan oleh Google melalui Motorola akan meramaikan pasar smartphone. Hal ini tentunya akan menguntungkan para konsumen dengan adanya pilihan yang variatif, dan mungkin saja harga yang jadi lebih terjangkau.